Presiden Minta Investasi Jepang Bukan Hanya Toyota

id Presiden Jokowi

Presiden Minta Investasi Jepang Bukan Hanya Toyota

Presiden Joko Widodo. (Antara) ( )

Jakarta, (Antara Sumbar) - Presiden Joko Widodo meminta agar investasi industri Jepang di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh Toyota Motor Corporation (TMC).

"Pak Jokowi minta agar investasi industri Jepang, bukan hanya Toyota, tapi makin banyak yang melakukan di Indonesia," kata Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono usai mendampingi Presiden TMC Aiko Toyoda bertemu Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan bahwa Presiden Jokowi menyatakan pemerintah akan mendukung agar kegiatan-kegiatan investasi di berbagai industri bisa terlaksana dengan baik.

Dalam kesempatan itu, menurut dia, Presiden TMC juga berkomitmen terus melakukan pengembangan industri di Indonesia.

Warih menyebutkan kunjungan Presiden TMC ke Presiden Jokowi merupakan kunjungan balasan setelah Presiden Jokowi mengunjungi Toyota di Jepang tahun 2015.

"Jadi ini adalah laporan kepada Pak Presiden mengenai komitmen Toyota Motor Corporation di Indonesia," ucapnya.

Ia menyebutkan TMC secara terus menerus berkomitmen memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. "Dalam hal ini kita sampaikan beberapa hal mengenai investasi, mengenai ekspor dan peningkatan pengembangan SDM," tuturnya.

Mengenai ekspor produksi Toyota di Indonesia ke Australia, ia mengatakan itu menjadi salah salah satu tantangan dan peluang agar dapat bersaing di pasar global.

"Kita akan terus bekerja sama dengan pemerintah dan seluruh 'stakeholder' (pemangku kepentingan) agar produk-produk kita ini pertama harus 'match' dengan 'customer requirement'-nya Australia," ujarnya.

Ia menyebutkan investasi TMC terutama di 2015 dan 2016 itu di antaranya dalam pembangunan pabrik baru dan pengenalan model baru.

Sementara itu mengenai pengembangan infrastruktur di Indonesia, Warih mengatakan hal itu penting dilakukan di Indonesia.

"Itu akan secara langsung meningkatkan daya saing produk, kalau daya saing kita semakin bagus, pasti penerimaan negara pengimpor makin baik," kata Warih. (*)