Indonesia Siap Bantu Pembangunan Kapasitas Afghanistan

id Indonesia, Bantu, Afghanistan

Jakarta, (Antara Sumbar) - Pemerintah Indonesia siap membangun kemitraan dengan pemerintah Afghanistan untuk membantu pembangunan kapasitas negara tersebut, kata Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri Ferdy Piay.

"Indonesia siap menjalin kerja sama pembangunan dan ekonomi dengan Afghanistan. Indonesia akan bekerja sama untuk mendukung pembangunan ekonomi Afghanistan ke depan," ujar Ferdy Piay di Jakarta, Kamis.

Ferdy menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia berencana untuk membangun sarana kesehatan di Afghanistan berbentuk poliklinik dengan fokus untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak karena tingkat kematian ibu dan anak di negara itu sangat tinggi.

"Di sana, dari radius berapa kilometer itu tidak ada rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya dan kendaraan umum juga tidak ada," ungkap dia.

Ferdy menambahkan, Indonesia juga akan membangun kerja sama ekonomi dengan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 5-6 April, dan dalam kunjungan tersebut Presiden Ghani akan didampingi oleh menteri keuangan dan menteri ekonomi Afghanistan.

Pada 6 April Presiden Afghanistan akan menghadiri pertemuan bisnis antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Afghanistan.

"Untuk acara forum bisnis itu akan ada sejumlah pengusaha barang konsumsi dari Indonesia. Afghanistan merupakan pasar non-tradisional bagi Indonesia," kata Ferdy.

Dia menyebutkan total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Afghanistan relatif masih kecil, seperti pada 2016 hanya mencapai 16 juta dolar AS.

Menurut Ferdy, kendala utama bagi para pengusaha Indonesia untuk berbisnis dengan Afghanistan adalah masalah pengiriman barang dan transaksi perbankan.

Terkait masalah pengiriman barang, kata dia, hal itu karena pengusaha Afghanistan kesulitan untuk mengimpor secara langsung karena Afghanistan adalah negara yang tidak mempunyai pelabuhan.

"Mereka kesulitan impor karena tidak punya pelabuhan. Berbagai barang konsumsi dari Indonesia itu barang-barang yang masuk dari negara pihak ketiga, misalnya dari Pakistan," jelas dia.

Kendala lain dalam berbisnis dengan Afghanistan adalah masalah transaksi perbankan karena walaupun Afghanistan tidak masuk dalam daftar hitam perbankan, banyak entitas dalam negeri Afghanistan yang masuk dalam daftar hitam perbankan.

"Kendala paling besar adalah transaksi perbankan dan itu harus mulai dicarikan solusinya. Selama ini transaksi perbankan Afghanistan itu difasilitasi melalui Pakistan dan Dubai," ucap Ferdy. (*)