Wabup: Membangun Pariwisata Jangan Setengah-Setengah

id Abdul Rahman, Pariwisata, Solok Selatan

Wabup: Membangun Pariwisata Jangan Setengah-Setengah

Wakil Bupati Solok Selatan, Abdul Rahman. (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Wakil Bupati Solok Selatan, Sumatera Barat, Abdul Rahman mengatakan dalam membangun kepariwisataan harus fokus dan tidak setengah-setengah.

"Membangun pariwisata memang membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Selain itu juga harus fokus," ujarnya di Padang Aro, Kamis.

Selama ini, sebutnya arah pembangunan pariwisata di daerah itu kurang jelas dan terkesan hanya setengah-setengah sehingga Solok Selatan sampai kini belum memiliki destinasi wisata yang layak dikunjungi.

"Kini, kami mengawasi mulai dari perencanaan, pembangunan dan aplikasinya di lapangan," ujarnya.

Saat ini, Solok Selatan tengah fokus mengembangkan sejumlah objek wisata, seperti Kawasan Seribu Rumah Gadang, Hot Water Boom Sapan Maluluang, dan air terjun kembar di Bangun Rejo yang diintegrasikan dengan bumi perkemahan, puncak Bangun Rejo serta jalur pendakian Gunung Kerinci.

Menurutnya sejumlah objek wisata itu memiliki keunikan atau perbedaan dengan objek wisata serupa yang ada di Sumatera Barat.

Kendati demikian, sebutnya objek wisata itu masih perlu dikemas dan ditata kembali sehingga wisatawan tidak kecewa.

Dalam mengembangkan objek wisata, sebutnya pemerintah setempat memberdayakan masyarakat yang ada di objek wisata tersebut.

"Jadi yang mengelola adalah masyarakat melalui kelompok," ujarnya.

Dengan keterlibatan masyarakat, menurutnya bukan saja akan berdampak pada peningkatan ekonomi melainkan menjadikan mereka lebih cerdas dalam mengelola potensi yang ada di daerahnya.

Sementara Wakil Ketua DPRD Solok Selatan Armen Syahjohan menilai pemerintah setempat belum memiliki progres yang jelas dalam membangun dan mengembangkan pariwisata di daerah itu.

"Harusnya satu-satu dulu diselesaikan sehingga Solok Selatan memiliki destinasi wisata yang bisa menjadi kebanggaan," ujarnya.

Masyarakat yang akan terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam membangun kepariwisataan harus bekali dengan sadar wisata, ujarnya.

"Saya pernah ke air terjun kembar di Bangun Rejo. Saya beli pop mie dengan harga Rp6.000. Saya pura-pura kaget karena harganya lumayan murah. Kemudian saya tanya, harga segitu apa dapat untung? Jawaban yang menjual, kalau saya jual mahal, nanti pengunjung hanya sekali beli," terangnya.

Menurutnya membangun pariwisata bukan sekedar infrastruktur dan sarana penunjang, melainkan juga kesadaran masyarakat.

"Sosialisasi tentang pariwisata perlu ditingkatkan kembali," ujarnya. (*)