Simulasi Tsunami di Sumbar Masih Setengah Hati

id Simulasi, Tsunami, Sumbar

Simulasi Tsunami di Sumbar Masih Setengah Hati

Sejumlah anggota Polda Sumbar melakukan evakuasi dalam simulasi bencana gempa dan tsunami. (ANTARA SUMBAR/ Miko Elfisha)

Simulasi bencana gempa dan tsunami terutama bagi orang dewasa dalam peringatan Hari Kesiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2017 di Sumatera Barat terkesan dilaksanakan dengan setengah hati.

Seperti contohnya pelaksanaan simulasi di kantor Gubernur Sumatera Barat di Padang, Rabu (26/4) hampir tidak ada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang merespon serine tsunami yang dibunyikan.

"Kami dapat informasi dalam simulasi gempa dan tsunami itu, masyarakat termasuk ASN diarahkan untuk evakuasi mandiri ke shelter, salah satunya di escape building kantor Gubernur Sumbar," kata salah seorang ASN, Andre.

Ia merupakan satu dari dua orang ASN kantor Gubernur Sumbar yang merespon simulasi gempa dan tsunami yang dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB tersebut.

Artinya dari ribuan orang yang berada di pusat perkantoran Gubernur Sumatera Barat masih belum peduli dengan simulasi ini meski tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagan terhadap gempa kuat yang diikuti gelombang tsunami.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan. Simulasi yang sama nampak kurang direspon baik oleh masyarakat ataupun instansi pemerintah.

Hal tersebut terlihat usai sirine peringatan dini tsunami dinyalakan pukul 10.00 WIB terpantau tidak ada respon oleh staf Kantor Wali Nagari atau Kantor Kepala Desa Painan Utara, dan masyarakat sekitar.

Tidak ada yang terlihat keluar ruangan menuju tempat evakuasi dan suasana sebelum, disaat hingga selesai sirine dinyalakan tetap tidak berubah.

Kesibukan hanya terlihat di sekitaran Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten setempat.

Di lokasi itu terlihat puluhan pegawai BPBD dan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat mempraktikkan simulasi penyelamatan diri dengan memanfaatkan shelter di kantor itu.

Warga setempat Teti (44) mengaku bahwa sebelumnya telah mengetahui imbauan BPBD sehingga ia tidak terlalu panik ketika sirine peringatan dini tsunami menyala.

Berbeda dengan kondisi di ASN kantor Gubernur Sumatera Barat dan Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan, di kantor Kepolisian Daerah Sumbar justru para personel Polri nampak lebih responsif terhadap pelaksanaan simulasi tsunami itu.

Para anggota kepolisian langsung melakukan evakuasi ke shelter di gedung tiga menit setelah serine dibunyikan.

Sementara itu masyarakat yang berada di sekitar gedung Polda dan kantor Gubernur Sumatera Barat terlihat kurang acuh terhadap serine tsunami yang dibunyikan.

Mereka tetap melaksanakan kegiatan masing-masing.

Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Nasridal Patria mengatakan dalam simulasi bencana tersebut diskenariokan gempa berkekuatan 8,8 Skala Richer terjadi pada kedalaman 12 kilometer di Kepulauan Mentawai dengan durasi 30 detik.

"Gempa tersebut diskenariokan menimbulkan tsunami dan masyarakat langsung melakukan evakuasi secara mandiri ke shelter yang berada di sekitar lokasi keberadaannya," katanya.

Ia menambahkan simulasi dalam rangka HKBN itu bertujuan untuk membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana.

Sayangnya, simulasi di Kantor Gubernur Sumatera Barat itu tidak berjalan dengan baik. Dari ratusan ASN yang ada di tempat tersebut, hanya dua orang yang mengikuti simulasi bencana.

Di tempat lain masih di Padang kegiatan simulasi bencana gempa dan tsunami ini justru antusias dilakukan ratusan siswa taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA).

"Pada simulasi hari ini yang merespon sirene dan bergerak menuju shelter didominasi oleh siswa TK hingga SMA," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Elfian Putra Ifadi.

Ia menambahkan simulasi gempa dan tsunami yang didominasi anak-anak usia sekolah ini cukup diapresiasi, karena mereka sudah memahami apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi kuat.

Di shelter Tabing Kota Padang, tambahnya simulasi ini diikuti hampir 300 siswa TK dan SD awal hingga selesai.

"Anak-anak juga penting diberi pemahaman siaga bencana sejak dini," katanya.

Pada simulasi yang dilakukan pukul 10.00 WIB anak-anak dan masyarakat melakukannya cukup baik yakni ketika sirene pertama berbunyi mereka berlari keluar kelas dan berkumpul di halaman sekolah dan berlari dengan teratur menuju shelter, katanya.

Kemudian sirene kedua berbunyi menandakan gempa yang terjadi berpotensi tsunami, mereka diarahkan naik ke lantai empat.

Elfian mengemukakan di Padang ada beberapa tempat yang digunakan untuk simulasi hari ini seperti di Universitas Bung Hatta, Universitas Andalas, Kantor Gubernur, Polda, Kawasan Pondok, Pantai Padang, dan SMA Pembangunan Padang.

"Secara umum ada masyarakat yang sudah peduli dan ada yang belum, inilah tugas kami dan kelompok siaga bencana untuk memberi pemahaman itu," jelasnya.

Ia berharap masyarakat ke depannya lebih peduli jiKa ada kegiatan-kegiatan simulasi seperti ini agar ketika bencana benar-benar terjadi, risikonya dapat diminimalisir.

"Jangan ketika ada gempa masyarakat kalang kabut menuju daerah yang lebih tinggi, padahal di sini sudah ada shelter," katanya.

Sementara Ketua Kelompok Siaga Bencana Bungo Pasang, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, Dio menerangkan simulasi seperti ini harus dilakukan secara berkesinambungan.

"Harus secara berkala agar masyarakat benar-benar paham bagaimana prosedur penyelamatan diri ketika ada bencana," katanya.

Kurang Sosialisasi

Wakil Ketua DPRD Kota Padang Wahyu Iramana Putra menilai pelaksanaan simulasi bencana dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2017 di daerah itu masih kurang sosialisasi.

Masih adanya masyarakat yang belum merespon simulasi tersebut berarti belum paham terhadap pelaksanaan simulasi itu sendiri, katanya.

"Seharusnya pelaksanaan simulasi melibatkan seluruh elemen masyarakat dan semua lini sehingga pelaksanaan dapat diikuti secara maksimal," tambahnya.

Menurutnya simulasi evakuasi bencana pentingnya dalam rangka memberikan pembelajaran kepada masyarakat ketika terjadi bencana sehingga menekan risiko maupun korban jiwa.

Wahyu berharap pemerintah ke depan dapat memaksimalkan dengan disosialisasikan, dan simulasi dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat dan berbagai instansi, sehingga dapat menjadi paham terhadap pentingnya simulasi itu. (*)