Sejarawan Pramuwisata Sejarah Perlu Wawasan Kesejarahan

id sejarah

Sejarawan  Pramuwisata Sejarah Perlu Wawasan Kesejarahan

Sejumlah siswa SD mencatat nama naskah kuno Minangkabau yang dipamerkan di Museum Adityawarman, Padang, Sumbar, Selasa (23/9). (Antara/ Iggoy el Fitra) ( )

Padang, (Antara Sumbar) - Sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Prof Gusti Asnan mengatakan seluruh pramuwisata yang akan memberikan informasi tentang sejarah haruslah memiliki wawasan kesejarahan.

"Mereka harus mengerti atau memiliki wawasan tentang sejarah," katanya di Padang, Minggu.

Ia menambahkan hal ini dinilai penting karena kesalahan dalam memberikan informasi terkait sejarah akan berdampak pada para wisatawan dalam mengertinya.

Menurutnya umumnya para wisatawan hanya akan menerimanya mentah-mentah karena mereka sama sekali tidak mengetahui tentang hal tersebut sebelumnya.

"Jika hal tersebut tersebut terus berlanjut maka ditakutkan akan terjadi distorsi terhadap sebuah peristiwa sejarah," ujarnya.

Ia mengemukakan setiap kunjungan wisatawan ke sebuah destinasi pasti akan bertanya tentang sejarah dari asal usul nama daerah, atau asal usul dari sebuah bangunan maupun cerita sebuah kawasan.

"Ketika ke Bukittinggi wisatawan akan membutuhkan informasi tentang sejarah kota itu, sejarah tentang Jam Gadang atau pun tentang Lobang Jepang," katanya.

Selanjutnya, ia menjelaskan dari yang ia ketahui seluruh pramuwisata yang ada di luar negeri khususnya di Hamburg Jerman, umumnya pramuwisata merupakan sejarawan.

"Pramuwisata yang ada di Jerman itu adalah para sejarawan atau orang-orang yang memiliki latar belakang sejarah dan tentu saja apa yang mereka jelaskan sudah disesuaikan dengan kebutuhan pariwisata," ujarnya.

Sebelumnya Ketua Dewan Perwakilan Daerah Association of the Indonesia Tour and Travel (Asita) Sumbar, Ian Hanafiah mengatakan Pramuwisata perlu memiliki buku panduan tentang sejarah objek wisata alam dan budaya daerah ini agar terjadi keserasian informasi yang disampaikan kepada wisatawan.

Ia menambahkan selama ini masih terjadi ketidaksamaan informasi yang diperoleh wisatawan tentang satu objek wisata, baik sejarah, budaya maupun destinasi alam.

"Pentingnya pemerintah daerah menyediakan buku panduan tentang sejarah dan budaya yang dimiliki daerah agar setiap pengunjung ke Sumbar tidak mendapatkan informasi yang berbeda-beda dari pramuwisata," katanya. (*)