Ribuan Warga Pangkalan Laksanakan Tradisi Patang Balimau

id Tradisi Patang Balimau, Pangkalan, Limapuluh Kota

Ribuan Warga Pangkalan Laksanakan Tradisi Patang Balimau

Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) menaiki bimbau (lomba hias perahu) sebelum dilepas di aliran Batang Maek atau sungai tempat pelaksanaan kegiatan patang balimau. (ANTARA SUMBAR/Mardikola Tri Rahmad)

Sarilamak, (Antara Sumbar) - Ribuan warga turut serta melaksanakan tradisi patang balimau yaitu kegiatan menyambut bulan Ramadan di Nagari Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, yang telah diselenggarakan sejak 200-an tahun lalu.

Pantauan di Pangkalan, Jumat siang terlihat sebagian besar masyarakat Nagari Pangkalan, Kecamatan Koto Baru berdatangan untuk melaksanakan kegiatan balimau dengan mandi bersama di Sungai Batang Maek.

Kemudian dalam tradisi tersebut ada beberapa agenda diantaranya bimbau (lomba hias perahu). Terlihat ada enam sampan yang dihiasi dengan bentuk mesjid, gonjong rumah adat, serta mimbar masjid.

Setelah dihiasi, maka sampan tersebut akan dilepas di aliran Batang Maek atau sungai tempat pelaksanaan kegiatan patang balimau.

Kegiatan tersebut mengundang perhatian masyarakat di luar Nagari Pangkalan, sehingganya mereka berdatangan untuk menyaksikan tradisi itu. Mereka berdatangan dari berbagai nagari di Kabupaten Limapuluh Kota, bahkan ada yang datang dari luar Sumbar, khususnya Provinsi Riau.

Tokoh Della Ermaifa mengatakan tradisi itu bermula dari masyarakat Pangkalan yang memiliki jiwa dagang, bahkan wilayahnya sampai ke Borneo. Saat itu hanya menggunakan jalur sungai dan laut karena belum ada jalan darat.

"Dari sinilah Kegiatan Potang Balimau dimulai. Sekitar tahun 1.800 pada sore hari menjelang malam pertama Ramadan, ratusan Warga Pangkalan berjejeran di Pinggir Sungai Batang Maek untuk menyambut kedatangan kafilah dagang," kata dia.

Ia menyebutkan momen tersebut juga sebagai ajang silaturahim antara masyarakat yang tinggal di kampung dan para perantau, sebab dengan pelaksanaan tradisi tahunan itu banyak para perantau yang pulang kampung.

Della, yang juga anggota DPRD Kabupaten Limapuluh Kota itu berharap agar tradisi tahunan tetap dilestarikan, karana menjadi kekayaan budaya serta sudah masuk kalender pariwisata kabupaten tersebut.

Sementara itu, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan mengatakan Tradisi Patang Balimau jangan sampai menimbulkan kegiatan maksiat yang akan merusak kepada tujuan dan makna balimau itu sendiri.

Menurutnya, kika setiap kegiatan budaya dikemas dengan baik akan berakibat baik juga kepada masyarakatnya. Dengan berkumpulnya warga pada suatu tempat untuk balimau, maka kesempatan itu juga dapat saling menjalin silaturahmi.

"Pemerintah daerah cukup mengapresiasi kegiatan ini. Jangan sampai kegiatan budaya yang sudah berlangsung lama itu tercemar oleh hal-hal yang diluar batas ketentuan," kata dia.

Kemudian tradisi menyambut Ramadan juga akan memberikan dampak kepada perekonomian masyarakat sekitar, sebab selain sebagai hiburan, para pedagang banyak yang diuntungkan dengan adanya kegiatan ini.

Selain aspek ekonomi, kegiatan tersebut juga akan mempererat interaksi sosial antar sesama masyarakat, baik bagi mereka yang berdomisili di kampung maupun di rantau. Momen itu jarang terlaksana, kecuali sebelum puasa dan saat lebaran.

Ferizal mengimbau kepada para perantau agar berkontribusi dalam mempercepat pembangunan kampung halaman. Selain itu juga ikut melestarikan hiburan anak nagari agar terlaksana lebih baik untuk masa yang akan datang.

Pemerintah menetapkan awal puasa 1438 Hijriyah atau 2018 Masehi pada Sabtu, 27 Mei 2017 merujuk hasil sidang isbat yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Jumat. (*)