FKPT Sumbar: Penolakan Terorisme Bukan Pesanan Barat

id FKPT

FKPT Sumbar: Penolakan Terorisme Bukan Pesanan Barat

Padang, (Antara Sumbar) - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Barat (Sumbar), Prof Dr Saifullah menegaskan penolakan terhadap paham radikal dan terorisme adalah untuk menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia, bukan pesanan dari negara Barat.

"Paham ini berbahaya untuk keutuhan bangsa, karena itu harus diantisipasi sejak dini. Tidak ada hubungan dengan pesanan dari Barat," kata dia di Padang, Rabu.

Ia menyebutkan itu saat Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme.

Meskipun Sumbar relatif aman dari paham radikal dan terorisme, namun menurutnya peningkatan pemahaman masyarakat, terutama generasi muda terhadap bahaya paham itu sangat diperlukan.

"Pemahaman ini diharapkan bisa menjadi pagar bagi generasi muda Minang agar tidak terjebak paham radikal," tambahnya.

Apalagi, ujarnya antisipasi sebelum terjadi labih baik dari pada memperbaiki setelah terjadi.

Sementara Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dr Hj Andi Intan Dulung menyampaikan hampir semua tahanan terorisme merupakan generasi muda dengan umur di bawah 40 tahun.

Hal itu menjadi salah satu indikasi bahwa sasaran penyebaran paham radikal dan terorisme adalah generasi muda.

"Karena itu, peningkatan pemahaman bahaya paham radikal penting diberikan pada generasi muda," lanjutnya.

Salah seorang narasumber yang dihadirkan menurut dia adalah bekas Komandan Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas yang pernah membuat banyak kamp pelatihan terkait paham radikal.

Paparannya diharapkan bisa membuka wawasan generasi muda di Sumbar bagaimana paham radikal itu bisa memikat mereka dan bagaimana sulitnya untuk keluar jika sudah masuk dalam jaringan tersebut.

Sementara itu ketua panitia Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme, Said Rais mengatakan, sosialisasi pencegahan paham radikal dan teror di Indonesia pada 2017 memang spesifik diarahkan ke kampus, karena ada indikasi kampus menjadi lahan subur paham radikal.

Dialog kali ini diikuti oleh beberapa unsur diantaranya pimpinan kampus, tenaga akademik dan pendidikan serta mahasiswa dari Unand, UNP, IUN Imam Bonjol, Bung Hatta, Baturahmah, Muhammadiyah, Dharma Andalas. (*)