Padang, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan Sumatera Barat mencatat sebanyak 193 kasus gizi buruk ditemukan di provinsi itu hingga Mei 2017.
Kepala Dinas Kesehatan setempat, Merry Yuliesday melalui Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Fionaliza di Padang, Rabu (26/7)mengatakan, kasus gizi buruk tersebut hampir terdapat pada seluruh kabupaten dan kota di daerah itu.
Kasus gizi buruk itu dengan rincian 20 kasus di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan (17), Kabupaten Solok dua kasus, Sijunjung (19), Tanah Datar (20), Padang Pariaman (25) dan Agam 12 kasus.
Kemudian, Lima Puluh Kota sembilan kasus, Pasaman satu kasus, Solok Selatan enam kasus, Pasaman Barat 16 kasus, Padang 29 kasus, Solok lima kasus, Sawahlunto dua kasus, Bukittinggi dua kasus, Payakumbuh dua kasus, Pariaman enam kasus.
Ia mengatakan, gizi buruk bukan hanya terjadi karena faktor ekonomi, namun bisa terjadi karena kurangnya pendidikan dan kurangnya perhatian orang tua terhadap pemenuhan gizi anak.
Hal itu diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang pada orang tua ketika hamil, karena pemenuhan gizi dimulai ketika anak berada di dalam kandungan.
Untuk mengantisipasi kasus gizi buruk, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, di antaranya pemberian makanan tambahan dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
"Kemudian melakukan pelayanan rutin melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berada di masing-masing kabupaten dan kota yang berada di Sumbar," ujarnya.
Selain itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan pemantauan terhadap balita di masing-masing wilayah dengan langsung turun ke lapangan.
Sementara itu, Presiden Indonesian Nutrition Association (INA) Luciana B Sutanto mengatakan, orang tua perlu memahami pengetahuan gizi seimbang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pola makan keluarga setiap hari.
"Dengan demikian, anggota keluarga selalu memperoleh kecukupan asupan gizi yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat dan air dengan komposisi berimbang," ujarnya.
Salah satu kunci makan sehat, ujarnya, adalah makan bervariasi atau berganti-ganti jenis makanan untuk membantu melengkapi kebutuhan zat gizi.
"Untuk menjaga kesehatan, makan teratur dengan jadwal tiga kali makan utama (pagi, siang, malam) dan 2-3 kali selingan. Selain itu, konsumsi gula, garam dan minyak harus dibatasi," ujarnya.
Butuh sinergi dan keseriusan semua pihak untuk bersama-sama menekan kasus gizi buruk karena anak adalah generasi penerus dan kepada mereka tongkat estafet kepemimpinan negara ini akan diserahkan nantinya, katanya. (*)
Berita Terkait
Gubernur: Korupsi berdampak buruk pada kualitas penyelenggaraan negara
Kamis, 25 April 2024 18:30 Wib
Van Dijk nilai Imbang lawan City bukan hasil yang buruk
Senin, 11 Maret 2024 6:38 Wib
Ancelotti bersyukur Real Madrid lolos meski bermain buruk
Kamis, 7 Maret 2024 9:18 Wib
Dinas Pangan Sumbar catat harga cabai merah naik signifikan
Senin, 19 Februari 2024 18:54 Wib
PBB desak Israel cegah perlakuan buruk terhadap warga Palestina
Sabtu, 20 Januari 2024 8:10 Wib
Nelayan tidak melaut akibat cuaca buruk
Kamis, 11 Januari 2024 14:36 Wib
Bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan
Selasa, 2 Januari 2024 14:55 Wib
Penampilan buruk Dortmund berlanjut saat ditahan imbang Augsburg 1-1
Minggu, 17 Desember 2023 7:10 Wib