Barekraf : Songket Wajib Dikembangkan

id songket

Barekraf : Songket Wajib Dikembangkan

SAWAHLUNTO INTERNATIONAL SONGKET CARNIVAL Peserta menggunakan busana unik berbahan songket saat mengikuti Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Minggu (27/8). Sebanyak 1.500 orang mengikuti karnaval tersebut memerebutkan hadiah dengan total Rp140 juta. ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra/17 ()

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan songket termasuk ke dalam salah satu sub sektor ekonomi kreatif yang wajib dikembangkan karena bernilai ekonomi.

"Pak Presiden dan Ibu pada Hari Lahir Pancasila sudah berinisiatif untuk memerintahkan jajaran menteri dan jajaran pemerintah memakai pakaian tradisional," ujarnya ketika menghadiri puncak acara Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 di Sawahlunto, Minggu.

Ia menambahkan pada peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus, Presiden, Wakil Presiden hingga pejabat tinggi dan para undangan menggunakan pakaian tradisional yang ada di Indonesia.

"Dan songket yang paling banyak, batik paling banyak. Tak ada lagi jas dan dasi," ujarnya.

"Itulah momen membahagiakan terutama para pengrajin diberikan penghargaan. Kain kalau dibuat tapi hanya dipamerkan tidak ada gunanya. Namun kalau dikenakan itu luar biasa," lanjutnya.

Sementara Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda menyebutkan sebagai salah satu unit yang berada di bawah kabinet Pak Jokowi, Kemendag berkeinginan agar semua produk yang dihasilkan oleh Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.

Songket Sawahlunto, sebutnya merupakan salah satu produk yang harus dikembangkan. Pihaknya kini memberikan pendampingan kepada dua Usaha Kecil Menengah (UKM) di Sawahlunto agar mampu "go" internasional.

"Sudah kami daftarkan juga di Kumham," ujarnya.

Ia menambahkan semangat Wali Kota Sawahlunto beserta stafnya yang ingin kembangkan songket terkenal di seluruh dunia patut diapresiasi.

"Satu hal yang mungkin bisa menjadi catatan saya, agar songket ini tidak hanya dipakai dalam bentuk pakaian, namun dimodifikasi untuk kreasi produk lain seperti 'home decoration'. Kiranya ide ini bisa menjadikan songket lebih go internasional," ujarnya.

Ia menambahkan direktoratnya memiliki unit "Indonesia Desaign Development Center" yang merupakan pusat berkumpulannya para perancang busana.

"Kami bisa menjembatani perajin dengan para perancang busana untuk dibantu pemasaran. Kami siap membantu Sawahlunto untuk go internasional," jelasnya.

Ia menyebutkan pada 11 hingga 15 Oktober akan digelar Trade Ekspo Indonesia yang akan dihadiri oleh 16.000 buyer di luar negeri.

"Kami harap produk songket Sawahlunto yang siap ekspor ikut hadir," ujarnya.

Sementara Wakil Gubenur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyebutkan beberapa kabupaten/kota di provinsi itu sedang mengembangkan songket dan tenunan.

Namun, tambahnya songket Silungkang sudah terkenal dengan harga relatif murah.

"Songket ini adalah satu produksi Sumbar yang kami kembangkan," katanya.

Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf menyebutkan dari 37 desa/kelurahan sebanyak 18 di antaranya telah terdapat perajin songket. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi 162 piece.

SISCa 2017 digelar pada 25 hingga 27 Agustus dengan sejumlah rangkaian acara pameran songket, fashion show, SISCa Night, konferensi songket dan karnaval. (*)