Cabai dan Pulsa Penyumbang Inflasi di Padang

id BPS

Cabai dan Pulsa Penyumbang Inflasi di Padang

Badan Pusat Statistik (BPS). (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mengungkapkan cabai merah dan tarif pulsa telepon seluler menjadi dua komoditas pemicu inflasi di Kota Padang pada Agustus 2017.

"Meski pun secara umum terjadi penurunan harga komoditas pada Agustus 2017 ditandai dengan terjadinya deflasi sebesar 0,36 persen cabai dan pulsa menjadi dua komoditas penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,14 persen dan 0,06 perse ," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Senin.

Menurut dia untuk kenaikan tarif pulsa diperoleh langsung dari provider yang tidak hanya terpaku pada biaya percakapan namun dalam bentuk pengiriman pesan seluler hingga paket data.

Selain cabai dan pulsa, sekolah dasar juga menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Agustus 2017 dengan kontribusi 0,03 persen, garam 0,02 persen, emas perhiasan 0,02 persen, tarif gunting rambut pria 0,02 persen, rokok kretek filter 0,01 persen, kangkung 0,01 persen dan telur ayam ras 0,01 persen, kata dia.

Sementara sejumlah komoditas mengalami penurunan pada Agustus 2017 antara lain angkutan udara, baju setelan anak, bayam, pepaya, televisi berwarna, angkutan antar kota, tomat sayur, bawang putih, wortel dan lainnya.

Untuk harga tiket pesawat saat ini sudah kembali normal setelah sempat naik pada musim Lebaran sehingga menjadi salah satu komponen penyumbang deflasi terbesar di Padang mencapai 0,70 persen diikuti jengkol 0,07 persen, lanjut dia.

Ia menilai sejak Januari hingga Agustus 2017 inflasi di Sumbar relatif stabil dan tidak terjadi gejolak harga yang begitu tinggi.

"Kalau pun ada kenaikannya tidak jauh dari nol koma," katanya.

Ia menyampaikan dari 23 kota di Sumatera sebanyak 15 kota mengalami inflasi dan delapan mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di kota Lhokseumawe sebesar 1,09 persen dan yang terendah di Batam 0,01 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di kota Pangkal Pinang sebesar 0,0,78 persen dan terendah di Metro sebesar 0,13 persen.

Pada Agustus 2017 Padang menduduki peringkat keempat dari seluruh kota yang mengalami inflasi di Sumatera dan urutan ke-32 secara nasional, kata dia.

Sebelumnya Sekretaris Daerah Sumbar, Ali Asmar menyampaikan ada empat persoalan yang menjadi pemicu inflasi di daerah itu sehingga pemerintah daerah perlu memperhatikan agar angka inflasi terkendali.

"Pertama soal sistem tata niaga perdagangan, manajemen stok, kondisi infrastruktur dan panjangnya rantai pasokan bahan pangan," ujar dia.

Menurutnya sistem tata niaga perdagangan terutama bahan pangan perlu diperbaiki agar tidak terjadi kelangkaan.

"Misalnya cabai, karena sebagian kebutuhan Sumbar didatangkan dari Jawa, jika pasokan terganggu akan langsung menyebabkan harga melonjak, ini harus diantisipasi," ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, manajemen stok perlu diperbaiki dengan menyiapkan gudang untuk menyimpan bahan pangan utama sehingga saat terjadi kelangkaan dapat dilakukan operasi pasar.

Berikutnya ia menilai kondisi infrastruktur seperti jalan juga akan berpengaruh jika kondisinya jelek karena akan memperbesar biaya operasional pengangkutan komoditas pangan.

Lalu, masih panjangnya rantai perdagangan komoditas pangan dari petani hingga sampai ke tingkat pembeli juga perlu diperpendek sehingga tidak terjadi spekulasi harga. (*)