Pemkot Pariaman Minta Prosesi Konflik Tabuik Diganti dengan Kesenian Tari

id tabuik

Pemkot Pariaman Minta Prosesi Konflik Tabuik Diganti dengan Kesenian Tari

Budaya Tabuik Pariaman, Sumbar. (ANTARA)

Pariaman, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat meminta prosesi "Basalisiah" atau perseteruan dua kelompok massa dalam even Pesta Tabuik 2017 diganti dengan rangkaian seni tari gelombang.

"Beberapa tahun terakhir setiap dua kelompok Tabuik yakni Pasa dan Subarang "basalisiah" atau bertemu di persimpangan jalan selalu terjadi konflik yang menggambarkan perang Karbala, namun diharapkan penyelenggaraan kali ini diganti dengan kesenian tari saja," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat Effendi Jamal di Pariaman, Selasa.

Ia mengatakan tujuan digantinya hal tersebut agar tidak menimbulkan konflik nyata yang dapat memicu kesan negatif antara kedua belah pihak.

"Meskipun konflik itu tanpa rasa dendam, namun aksi seperti saling melempar gendang dikhawatirkan dapat memicu konflik yang serius dan menimbulkan kesan tidak baik," kata dia.

Apalagi katanya, dengan diganti menjadi penampilan tari gelombang atau tari adat dinilai lebih memiliki kesan budaya yang positif dan membangun.

Meskipun adanya permintaan penggantian tersebut pihaknya tidak menampaik bahwa konflik saat pertemuan dua kelompok tabuik dapat diredam.

Hal tersebut ujar dia, karena tradisi "basalisiah" dan berkonflik saat pesta budaya tabuik sudah manjadi daya tarik oleh anak tabuik dalam menyemarakkan kegiatan budaya itu.

"Pemerintah daerah hanya bisa berupaya mengimbau dan meminta dengan melibatkan beberapa instansi terkait untuk menghindari risiko terburuk seperti konflik berdarah," ujar dia.

Oleh karena itu katanya, peran serta dari panitia terutama para Niniak Mamak dan Tuo Tabuik mempunyai andil besar dalam mengatur hal itu agar sesuai dengan yang diharapkan.

Sementara itu salah seorang Tuo Tabuik Subarang Nasrun Jon (75) mengatakan mendukung penuh rencana penggantian tersebut.

"Para Tuo Tabuik Subarang sepakat mengganti tradisi saling melempar Gendang Tasa dengan kesenian Tari Gelombang untuk menghindari hal-hal negatif," kata dia.

Ia mengatakan tradisi atau konflik saat "basalisiah" merupakan budaya yang ditompangi oleh Belanda untuk mengadu domba masyarakat pribumi di Pariaman.

Pihaknya berharap kedua belah pihak Tabuik Pasa maupun Subarang dapat memahami hal tersebut untuk melancarkan serta menyemarakkan agenda kebudayaan tersebut.

Pesta budaya tabuik merupakan perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman.

Festival ini termasuk menampilkan kembali pertempuran Karbala, dan memainkan gendang tassa. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut.

Kegiatan tersebut dilakukan juga untuk menarik para wisatawan dari berbagai daerah ke Kota Pariaman.

Agenda pariwisata tersebut dimulai 20 September hingga 1 Oktober 2017 di Pantai Gandoriah kota itu. (*)