KKP: Potensi Perikanan Tangkap 9,45 Juta Ton

id Sjarief Widjaja

KKP: Potensi Perikanan Tangkap 9,45 Juta Ton

Dirjen Perikanan Tangkap KKP, Sjarief Widjaja. (cc)

Padang, (Antara Sumbar) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia menyebutkan potensi perikanan tangkap secara nasional pada 2018 mencapai 9,45 juta ton.

"Potensi tersebut berbanding lurus dengan luas perairan laut 5,8 kilometer persegi atau dua per tiga wilayah Indonesia," kata Dirjen Perikanan Tangkap KKP, Sjarief Widjaja di Padang, Jumat.

Disela-sela kunjungan kerja di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Kota Padang, dijelaskan besarnya potensi perikanan tangkap itu diharapkan menjadi sektor unggulan perekonomian nasional.

Kekayaan laut Indonesia yang melimpah itu mesti dimanfaatkan secara optimal, dan Pemerintah katanya melakukan berbagai upaya guna mewujudkannya dengan membangun tol laut.

Kemudian, Dirjen KKP mengatakan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan asuransi nelayan dan membentuk badan layanan umum.

Selain itu, lanjutnya dengan meningkatkan pengetahuan nelayan melalui pelatihan-pelatihan sehingga mereka dapat menguasai teknologi informasi guna mendukung penjualan hasil tangkapannya melalui internet.

"Nelayan di Sumbar juga sudah ada yang memakai bahan bakar dari gas tiga kilogram sebagai penganti solar untuk menggoperasikan kapalnya," ujarnya.

Ia berharap dengan besarnya potensi ikan tangkap tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.

Sementara Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron menyebutkan potensi sumber daya alam Indonesia tersebut merupakan aset besar yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

"Pemerintah bersama DPR memiliki tugas untuk mewujudkan kesejahteraan itu melalui kebijakan yang tidak memberatkan nelayan dan memberikan bantuan secara merata," kata dia.

Ia menambahkan permasalahan yang mendasar di kelautan Indonesia yakni masih rendahnya akses permodalan, teknologi dan informasi masih tertinggal, dan daya saing produk olahan masih rendah. (*)